.feed-links {display:none;}
Welcome at My Blog

Februari 01, 2013

Music in Love #9


>>> Flashback <<<


Author POV

“ &#@(*&% “ seru Kyuhyun yang suaranya tertahan oleh tangan Rae Ki yang membungkam mulutnya.

“ Kau berkata apa? Aku tidak mengerti? “
“ Mian “ lanjut Rae Ki yang menyadari sorot mata Kyuhyun yang mengarah ke tangannya yang sedang membungkam mulut Kyuhyun.

“ Cih! … Untuk apa kita bersembunyi ha? “

‘ hhaasshhh~ cerewet sekali namja ini ‘ gurutu Rae Ki dalam hati.
“ diamlah. “

Rae Ki perlahan mengeluarkan kepalanya dari pintu gerbang untuk mengintip. Rae Ki melihat Oppanya dan beberapa anak buah Appanya yang turun dan beberapa dari mereka masuk kedalam rumah.

“ Eo.. bukankah itu hyungmu? Dan si . . . “

Dengan cepat Rae Ki menarik tubuh Kyuhyun sebelum suaranya terdengar oleh anak buah Appanya yang berada didepan pintu rumah Rae Ki.

Bbuukkk

“ Akh! “ pekik Kyuhyun tertahan karena lagi-lagi Rae Ki membungkam mulut Kyuhyun saat dengan keras mendorong tubuhnya samping membentur tembok.

Kedua mata Kyuhyun yang semula tertutup perlahan terbuka dan mempertemukan mata Rae Ki. Seperti terhipnotis satu sama lain, mereka hanya diam dan saling menatap satu sama lain. Tanpa mereka sadari, jantung mereka berdetak sangat cepat saat ini.


>>> FLASHBACK END <<<

èèèèèè MUSIK IN LOVE çççççç
Music in Love
#9

Choi Rae Ki POV
Eo… ada apa denganku? Kenapa jantungku tiba-tiba berdetak cepat seperti ini? Hhaasshh~
Setelah mendapatkan kesadaran, aku langsung melepaskan tanganku dari mulut namja cerewet ini. Canggung. Kenapa suasananya jadi canggung seperti ini.

“ Apa yang terjadi? “ ucap namja itu tiba-tiba

“ Hah? … eo… eobseoyo.. “ jawabku gugup sembari mengelus leherku sendiri. Hash~ kenapa udaranya dingin sekali? T.T

“ Kalau tidak ada, kenapa kau bersembunyi dari hyungmu? “

“ … Hhhaasshhh~ sudahlah… aku sedang tidak ingin berdebat dengan siapapun. Jadi berhentilah memberiku pertanyaan. “ kesalku.

Sesekali aku mengelus kedua pundakku agar sedikit lebih hangat. Hhaassshh~ sepertinya aku tidak bisa pulang saat ini. Kalau aku kerumah, pasti Min Ho oppa akan menyeretku pulang dan rasa kecewa sekaligus marahku pada Min Ho oppa belum reda saat ini. Huhh salah sendiri berbohong. Dan bukankah dia memahamiku. Seharusnya dia dan eomma tidak membohongiku seperti ini. Dan… apa itu selective amnesia? Jika aku mengalami amnesia, seharusnya aku tidak mengenali siapapun. Tapi ini… aku masih mengenali keluarku dan teman-teman di USA, bahkan dosenku aku masih ingat namanya. Ini sungguh membingungkan?

“ huh? “ kagetku saat namja dihadapanku ini tiba-tiba memasangkan jaketnya di tubuhku.

“ Pakailah. Kau pasti ke dinginan bukan. “

Aku hanya diam dan membenarkan jaketnya. Sekilas aku melihat namja ini juga mengelus kedua pundaknya dengan tangan. Pipi dan hidungnya juga mulai memerah karena kedinginan.

“ Sampai kapan akan bersembunyi seperti ini? Kau tidak pulang? “

‘ mana bisa aku pulang kalau Min Ho oppa masih di rumah. ‘ jawabku dalam hati.




Eotteokhae? Mana mungkin aku terus berada disini bersama namja yang tidak aku kenal. Dan… cuacanya juga sangat dingin.
Disaat aku menundukkan kepala, aku melihat butiran putih yang jatuh dari atas dan berakhir ditanah.

“ Omona~ sudah mulai turun salju. Pantas saja cuacanya tiba-tiba dingin. “ seru namja itu.

“ Hhhasshhh~ kenapa harus turun salju? Menyebalkan. “ lirihku

“ Hmmm~ .. Woo-ya, aku tidak tau pasti apa yang sedang terjadi padamu dan juga oppamu. Cuaca malam ini sangat dingin dan… bersalju. Jika kita masih disini, kita pasti bisa terserang flu. “
“ … hmmm~ … kau bisa sementara tinggal di rumahku sampai oppamu meninggalkan rumahmu. “

Tinggal di rumah namja yang tidak aku kenal? Eotteokhae? Tapi benar yang di katakan namja ini. Kalau terlalu lama disini, aku bisa flu. Tapi… namja ini tidak merencanakan apapun kan???

“ Jangan menatapku curiga seperti itu. Aku tidak akan melakukan ataupun merencanakan apapun padamu. “ ucap namja itu seolah mengerti pertanyaan yang ada di dalam otakku.

“ …
Geuraeseo, di luar rumahku ada beberapa orang suruhan Appaneun. Bagaimana kita bisa keluar tanpa diketahui oleh mereka? “ tanyaku dan namja itu langsung berfikir.

“ A~ aku membawa mobil dan mobilku ada di depan kompleks ini.
Dan… “ ucapnya menggantung sembari melihat kearah tubuhku.

Tiba-tiba namja itu memasukkan tanganku kedalam lengan jaket lalu meresleting dan tak lupa kepalaku yang ditutupi oleh topi jaket.

“ Saat kita keluar dari sini, kau harus bersikap biasa Arra? “ ucapnya dan aku hanya mengangguk tanda mengerti.
“ Hana… dul… se “ ucapnya lagi dan langsung membuka pintu gerbang ini sembari memegang tanganku.


Kyuhyun POV
Aku terus menggenggam tangan Woo sembari terus jalan menuju mobilku yang sengaja aku parkir di depan gang kompleks ini. Begitu sampai mobil, aku dan Woo langsung masuk dan aku memutar balik mobilku. Tak memerlukan banyak waktu karena rumahku hanya 3 block , aku kemudian memarkirkan mobilku masuk kedalam garasi lalu berjalan masuk menuju rumah.

“ Kenapa kau diam disana? Kkaja… “ ucapku saat menyadari Woo hanya berdiri mematung melihat rumahku.

Melihat Woo tidak bergeming, aku lantas memegang tangannya dan menuntunnya masuk kedalam rumahku. Sesampainya didalam, aku kemudian melepaskan genggamanku dan menuju dapur untuk membuatkan susu coklat hangat. Untuk saat aku kesini kemarin, aku belanja banyak.
Selesai menuangkan susu coklat panas kedalam gelas, aku lantas membawa 2 cangkir susu hangat ke ruang tamu.

“ Kenapa kau melihat rumahku seperti itu? “ ucapku membuat Woo kaget.

“ Eo.. mianhae...
Hanya saja… sepertinya.. aku merasa pernah datang kesini. “

“ ahahah haaa~ kau memang pernah datang kesini saat keluargaku pindah ke Nohwon. Apa kau lupa? “

“ nde? … Naneun? … Jinjayo? “

Seketika aku tertegun dengan perkataan yang Woo ucapkan barusan. Apa maksudnya? Apa dia sudah melupakan masa-masa kecil kita dulu? Atau… Woo ingin membalas semua kesalahan yang aku perbuat selama ini padanya dengan tidak mengingat semua kenangan yang kita lewati semasa kecil dulu. Mungkinkah Woo membenciku dan melupakanku sekarang?

“ Woo-ya… jebalyo~ aku tau aku salah sudah membuatmu tidak nyaman di hari pertamamu sekolah dan… sudah membuatmu malu di depan umum dulu.
Dan juga… tidak mengenalmu. Tapi sungguh… saat pertama kali aku melihatmu perasaanku seperti mengatakan kalau kau Woo-ya dan kau masih hidup. Aku akui saat itu aku tidak begitu yakin kalau kau adalah Woo-ya yang aku kenal, karena sikapmu berbeda 180 drajat dibandingkan sikapmu dulu. Maka dari itu aku selalu membantah perasaanku yang mengatakan kalau kau masih hidup dengan cara memusuhimu di sekolah. “ jelasku dan perlahan menundukkan kepalaku
“ Bahkan aku merencanakan untuk menghancurkan showcasemu nanti dengan cara berpura-pura bersikap baik padamu dan tepat saat showcase nanti… aku menghancurkanmu saat kau sedang pentas.
Tapi… sungguh.. itu baru rencanaku dan aku sudah mengurungkannya saat aku mengetahui kalau kau adalah Woo-ya dan menyesali semua perbuatanku padamu. “ ucapku lagi dan langsunng menegakkan kepalaku untuk menatap Woo
“ Jadi aku mohon… jebalyo Woo-ya~ jangan menghukumku seperti ini… Jangan menghukumku dengan cara berpura-pura tidak mengenaliku dan tidak mengingat semuanya. Jebal~ “


Choi Rae Ki POV
Aku melihat dimanaik-manik matanya hanya ada sebuah penyesalan yang aku sendiri tidak ketahui. Dari semua ucapan yang namja ini lontarkan padaku, sedikitpun aku tidak mengerti. Berpura-pura tidak mengingatnya dan tidak mengingat semuanya,, apa maksud perkataannya? Dan apa maksud perkataannya yang mengatakan kalau perasaannya membantah kalau aku masih hidup? Apa dia menganggap aku sudah meninggal?
Sungguh… aku sama sekali tidak mengerti dengan semua ucapannya. Dan aku juga tidak mengerti dengan perasaanku sendiri saat melihat rumahnya ini. Saat aku turun dari mobilnya dan memandangi rumahnya ini… aku seperti pernah kesini sebelumnya dan aku tidak tau kapan itu. Hanya merasakan pernah berkunjung kerumah ini. Apa mungkin ini ada sangkut pautnya dengan selective amnesia yang aku derita?

“ … Woo-ya~ .. mianhaeyo~ jeongmal mianhae Woo-ya~ “ ucapnya dengan penuh rasa menyesal.

“ Hhhmmm~ … perlu kau ketahui… aku tidak sedang berpura-pura.. tidak mengenalmu dan ataupun tidak mengingat semuanya. Aku memang tidak… mengenalmu dan… apa lagi mengingat semuanya tentangmu dan masalalu. Bahkan aku tidak mengetahui namamu. “ jelasku dan mendapatkan wajah namja itu yg tertegun.

“  … hhaaahh~ … Woo-ya~
Jebal… jangan bercanda denganku. “

“ Aku sedang tidak bercanda. Aku memang tidak mengenal… Hhhaaaccchhhiiimmmmmmmm~ …. Hhaaaaaaaachhhhiiiiiiimmmmmmmmmm~ “

“ Omona… Gwenchana? “

“ Hm~ sepertinya aku terserang flu. “ jawabku sembari menyingkirkan tangannya dari pundakku.

“ Eo~ … ini. Minumlah susu coklat hangat kesukaanmu. “ perintahnya sembari menyodorkan secangkir gelas berisi susu coklat. Aku lantas menerimanya lalu meminumnya susu coklat yang memang pada kenyataannya minuman favoriteku.

Sekilas aku melihat namja itu berdiri dan mengambil sweeternya.

“ Aku akan membelikanmu obat flu di apotik. Kau bisa istirahat selagi aku membelikan obat untukmu. “ ucapnya cepat dan keluar rumah tanpa memberikanku kesempatan untuk berbicara dan mengatakan aku tidak apa-apa.

Aku kembali melihat seisi rumah yang kosong tapi bersih ini. Tidak ada foto atau apapun yang sewajarnya ada didalam rumah. Hanya sofa, TV, beberapa alat dapur, dan kulkas saja yang ada di dalam.
Tiba-tiba saja aku kembali teringat tentang rasa penasaranku tentang selective amnesia yang aku derita sekarang. Dengan cepat aku merogok saku jinsku dan…

“ Abata!! Hhhaassshhh~ aku lupa membawa ponsel. Hahhh~ eotteokhae? Bagaimana aku mengetahui arti selective amnesia? Hahhh~ Paboya! “ ucapku kesal sembari mengacak-ngacak rambutku

Cklek~

Sedikit terkejut, aku langsung buru-buru merapikan kembali dudukku dan melihat namja itu berlari kecil kedapur dan kembari dengan membawa 1 gelas air putih lalu namja itu duduk di depanku sembari membukakan obat sebelum akhirnya memberikannya padaku.

“ Minumlah… “

“ Naneun gwenchana.. aku tidak perlu minum obat. Ini hanya flu ringan. “

“ Jangan menyepelekan penyakit. Cepat minum obatnya. “

Secara paksa namja itu meletakkan 1 pil obat di tanganku dan secangkir gelas berisi air putih. Melihatku selesai minum obat, namja itu kemudian merebut gelasku dan menaruhnya di meja. Hahh~ apa dia mencemaskanku? Dilihat dari gerak geriknya memang iya.

“ hmm~ … gomawo sudah membelikanku obat flu. Tapi seharusnya  kau ti . . “

“ Cheonma. “ potongnya
“ Apa kau butuh sesuatu? Apa kau lapar? Kebetulan aku memiliki ramen. Aku akan membuatkannya untukmu. “

“ Aniya. Aku tidak merasa lapar. Tapi… “

“ … Tapi? Wae? “

“ … hmmm~ … bolehkah aku… meminjam ponselmu? “

“ nde? … Eo… joha. “
“ Pakailah. “ ucapnya seletah mengeluarkan ponsel dari saku sweeternya.

Tanpa membuang waktu, aku langsung membuka bing browser dan mencari tau tentang selective amnesia. Beberapa detik menunggu loading, aku langsung menemukan sebuah artikel yang menjelaskan detail tentang selective amnesia.

“ Eo~ di luar masih turun salju. Kau bisa menginap disini.
Aku akan membereskan kamar Ahra noona untukmu. Kau bisa beristirahat di kamarnya. “ ucapnya namun tidak aku perhatikan dan masih sibuk membaca artikel.

*Layar Ponsel*
Selective amnesia yaitu amnesia hanya kepada orang tertentu yang disebabkan oleh peristiwa yang menyedihkan atau membuat trauma si penderita. Sebagian dari memory masa lalunya sampai sekarang kemungkinan tidak akan di ingat oleh si penderita.

“ Amnesia hanya kepada orang tertentu? apa maksudnya? “

Sekejap bayangan saat insiden di toko buku beberapa hari yang lalu terlitas di otakku. Di mulai saat aku bertubrukkan dengan namja itu dan teman-temannya yang memanggilku dengan nama Choi Rae Ki. Mungkinkah mereka sekumpulan orang-orang yang tidak aku ingat? … Seoul Music High School. Mengingat 1 nama itu, aku kemudian membuka tab baru dan mencaritau tentang Seoul Music High School dan langsung mendapatkan situs web sekolah itu.

*Layar Ponsel*
Seoul Music High School adalah sekolah yang di khususkan untuk seseorang yang mempunyai bakat di bidang music. Entah itu pandai bermain alat music atau menyanyi. Banyak penyanyi korea yang beralumni disini. Sebut saja Insooni, Baek Jiyoung, Lee IU, dan masih banyak lagi. Walaupun mata pelajaran Musik yang paling diutamakan tapi siswa juga akan dibekali mata pelajaran yang sama dengan sekolah sekolah pada umumnya.

“ Jadi semacam sekolah untuk orang yang mempunyai bakat. Tapi untuk apa aku kesana. Bukankah aku sudah berkata pada Appa untuk tidak bernyanyi dan melanjutkan kuliah di California.
Ini sungguh sangat membuatku bingung. Aku butuh seseorang untuk menjelaskan ini semua.. dan orang itu adalah Min Ho oppa. Ya.. dia yang harus menjelaskan ini. “

Dengan tergesa-gesa aku langsung berdiri dari tempat dudukku. Dan tepat saat aku membuka pintu..

“ Woo-ya, kau mau kemana? “

“ Aku ingin pulang! “ ucapku dan langsung keluar dari rumahnya.


Author POV
Sesaipainya di depan kompleknya, Rae Ki perlahan memperlambat jalannya saat berjalan menuju rumahnya. Seorang bodyguard yang berjaga di depan pintu gerbang rumah Woo kemudian memberitahukan Min Ho –yang berada didalam rumah- saat melihat Rae Ki berjalan. Rae Ki lantas berjalan melewati mereka dan tepat saat membuka pintu rumahnya…

Cklek~

“ Jenni-ya~ “ ucap Min Ho lalu memeluk yodongsaengnya.
“ Mianhae~ jeongmal mianhaeyo, Jenni-ya. “ sesal Min Ho lalu melepaskan pelukkannya.
“ Arraseoyo… tidak seharusnya oppa menyembunyikan ini padamu. Oppa menyesal Jenni-ya. Dan oppa mohon kau jangan membenci oppa. Hm~ “

“ Aku tidak membencimu. Aku hanya marah denganmu. “ ucap Rae Ki dingin dan Min Ho hanya tersenyum kecut.
“ Aku ingin menanyakan beberapa pertanyaan padamu, oppa. “ sambung Rae KI sembari masuk kedalam rumah dan duduk di sofa.

“ Mwo? “ tanya Min Ho sembari duduk di sofa sebelah Rae Ki.

“ … Siapa saja orang yang tidak aku ingat? Dan… apa oppa mengenali namja itu? “

“ Namja? Nugu? “

“ Namja yang menanyai makam pada oppa. “

Dan seketika jantung Min Ho seperti berhenti berdetak saat ini. Sejenak Min Ho diam. Diam dalam artian sedang memikirkan sesuatu untuk mencegah Rae Ki mengingat semuanya. Mengingat semua dalam 3 bulan ini dan juga Kyuhyun.

“ Min Ho oppa. Kenapa oppa hanya diam? “

“ … Johayo.
Oppa akan menceritakan semuanya. “

Min Ho sejenak mengambil nafas panjangnya sebelum akhirnya Min Ho kembali berbicara.

“ Seseorang yang tidak kau ingat… seseorang yang tidak kau ingat itu… orang itu…
Adalah… Kim Ryeowook. Ya… Kim Ryeowook. Hanya orang itu yang tidak kau ingat. Kim Ryeowook… calon tunanganmu, Jenni-ya. Dan mengenai namja itu… namja itu… dia adalah junior oppa. Dulu oppa pernah berbuat suatu kesalahan padanya.”

“ … Kesalahan? … kesalahan apa? “ tegas rae Ki membuat sikap Min Ho menjadi salah kaprah(?) (Author: maksud author itu glagapan(?) tau kan? Kayak sikap maling yang tertangkap basah sedang mencuri. Ya kayak gitulah sikap Min Ho sekarang /garuk2 kepala/)

“ hmm~ … hmm~ … kesalahan…
Eo… dulu oppa pernah tanpa sengaja menabrak anjing miliknya. Dan… anjing itu meninggal. Karena saat itu oppa bingung, maka dari itu oppa menguburnya tanpa sepengetahuannya. Dan oppa tidak menyangka dia masih mencari makam anjingnya itu sampai sekarang. “ bohong Min Ho.

Sekilas Rae Ki melihat sikap Min Ho yang salah kaprah itu dan Min Ho yang menyadari Rae Ki memperhatikannya, Min Ho langsung mencoba semaksimal mungkin agar tetap tenang.

“ Jinjayo? Benarkah semua yang dikatakan Min Ho oppa padaku itu kenyataan? Apa hanya Ryeowook oppa saja yang tidak aku ingat? Oppa tidak sedang membohongiku lagi kan?  “

“ … nnde. Mana mungkin oppa berbohong padamu.. lagi. Kau tidak percaya pada oppa? “

“ Ani! “

Dan lagi-lagi Min Ho terdiam dan dalam benaknya ia takut kalau yodongsaengnya itu kembali mengingat namja yang sudah membuat waktu kebersamaannya mereka jarang terjadi dan kembali bersama seperti saat mereka kecil dulu.
Selain Min Ho berencana mendekatkan Rae Ki dan Ryeowook sejak dulu, alasan lain Min Ho membenci Kyuhyun adalah karena cemburu. Cemburu dalam artian bukan sebagai orang yang saling mencintai satu sama lain. Tapi lebih menjuru kepada rasa cemburu karena saat Rae Ki berteman dengan Kyuhyun, waktu main antara Rae Ki dan Min Ho menjadi jarang. Rae Ki lebih memilih bermain dengan Kyuhyun dibandingkan dirinya, kakak kandungnya sendiri. Pernah suatu ketika, disaat Rae Ki bermain sampai tidak di ketahui keberadaannya, di sana selalu ada Kyuhyun. Mereka seperti sedang menciptakan dunia hanya untuk mereka berdua sendiri tanpa di ketahui siapapun, termasuk Min Ho. Dan mulai saat itu Min Ho membenci Kyuhyun. Kyuhyun merebut yodongsaeng satu-satunya, kalimat itu yang selalu ada didalam benak Min Ho sampai saat ini.


Choi Rae Ki POV
Entah kenapa perasaanku mengatakan perkataan Min Ho oppa tidaklah jujur? Benarkah semuanya itu. Semua perkataan Min Ho oppa.. apa semuanya benar seperti itu?

“ Jenni-ya… kaja.. kita pulang ke Seoul sekarang. “

“ … Aniyo~ aku masih ingin disini? “

“ Tapi eomma pasti mengkhawatirkanmu. “

“ Oppa bisa menelfon dan mengetakan aku tidak apa-apa. “
“ … Min Ho oppa “

“ hm? “

“ … Benarkah hanya… Ryeowook oppa saja yang tidak aku ingat? Tidak ada seseorang yang lain? “

“ Apa maksud perkataanmu Tidak ada seseorang yang lain? “

“ … hmmm~ … tidak adakah orang lain yang tidak aku ingat? “

“ eobseoyo. “

Jeongmal? Lantas perasaan saat pertama kali bertemu namja itu… perasaan apa ini. Saat di tempat parkir toko buku itu, cara nama itu menatapku, dan saat namja itu mengetuk berulangkali kaca mobil sembari menyebutkan namaku. Kenapa aku merasa sangat sesak di dadaku? Dan… Aku juga merasakan kesedihan padaku. Sebenrnya aku kenapa? Dan mungkinkah namja itu juga salah satu orang yang tidak aku ingat? Tapi… bukankah Min Ho oppa mengatakan hanya Ryeowook oppa yang tidak aku ingat? Mana yang harus aku percaya. Perkataan Min Ho oppa atau kata hatiku sendiri?

“ Jenni-ya… waeyo? Apa yang sedang kau pikirkan? “

“ .. hah?  … eo… eobseo. “

“ cih~ kau ini… aku ini oppamu dan sangat memahamimu. Oppa tau di pikiranku masih ada pertanyaan. Cha~ katakan saja. “

“ … Hmmm~ … aku sendiri tidak mengerti perasaan apa ini. “

“ ehem~ … apa ini tentang Wookie-ya? Kau ini… mana boleh kau meragukan perasaan Wook . . . “

“ Bukan tentang Ryeowook oppa. “

“ lantas? Nugu? “

“ … hmmm~ … “

“ Apa tentang namja itu?
Hahhh~ sepertinya oppa harus mengatakannya sejujurnya padamu. “

“ nde? Apa maksud oppa? “

“ … apa kau mengerti arti selective amnesia yang kau derita? “
“ Selective amnesia yaitu amnesia hanya kepada orang tertentu yang disebabkan oleh peristiwa yang menyedihkan atau membuat trauma si penderita. Itu artinya. Namja itu adalah teman sekolah minggumu dulu saat di Gereja.
Mungkin untuk yang satu ini kau tidak mengingatnya. Dulu… saat kau kecil, kau pernah tertabrak mobil dan itu semua kesalahan namja itu. DIa terus memaksamu untuk berlatih menaiki sepeda dengan sepedanya dan tepat saat kau bisa dia langsung mendorongmu dan membuat sepeda yang kau naiki melaju begitu cepat sampai akhirnya kau tidak bida mengeremnya dank au tertabrak mobil. “

‘ Mwo? Sejahat itukah namja itu padaku dulu? ‘ batinku tidak menyangka

 “ dan sejak kejadian itu, kau trauma memiliki menaiki sepeda. Maka dari itu kau tidak mengingat namja itu karena namja itu sudah membuatmu celaka. Dan yang lebih membuatku marah pada namja itu adalah dia sengaja melakukannya untuk membalas perbuatanku yang sudah tanpa sengaja membunuh anjingnya. “
“ Dan sejak saat itu juga oppa dan Ryeowook-ya menjagamu dari namja itu. “

“ Mwoya? “

Sungguh aku sama sekali tidak menyangka ini. Hanya karena seekor anjing namja itu mencoba membunuhku. Sungguh… itu sama sekali tidak nalar. Dan sepertinya perasaanku itu salah yang menyangka bahwa namja itu adalah namja baik. Cih! Dan sepertinya aku harus jaga jarak dengannya.


Author POV
Seperti yang di bayangkan Min Ho. Dalam hatinya iya berharap dengan menceritakan cerita palsu itu, Rae Ki menjadi benci pada Kyuhyun dan rencananya itu sukses. Min Ho yang paham betul raut wajah Rae Ki yang berubah menjadi marah saat setelah ia menceritakan cerita palsunya.

“ Sudahlah… itu hanya masa lalu dan bagaimanapun juga namja itu adalah temanmu. Teman dekatmu, Jenni-ya. Dan oppa juga tidak seharusnya menceritakan ini pa . . . “

“ Aniya. Jangan merasa bersalah karna elah menceritakan semuanya. Dan aku juga menyadari satu hal setelah oppa menceritakan semuanya.]
Aku seperti yeoja bodoh yang telah tertipu dengan wajah baik namja itu. dan ternyata dibalik wajahnya itu ada kebencian yang aku yakini masih ada sampai saat ini. “
“ hahh~ ternyat perasaanku salah selama ini yang sudah menganggapnya sebagai namja baik. Sungguh… ini membuatku membencinya. “

Sekilas Min Ho menepuk pelan pundak adik perempuannya itu dan berbalik untuk tersenyum evil agar yodongsaengnya itu tidak mengetahui smirk evilnya.
Dengan emosi dan rasa tak percaya dengan semua cerita “palsu” yang oppanya katakana, Rae Ki lantas menuju kamarnya yang berada di lantai dua dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Beberapa detik setelah itu, Rae Ki menyadari sesuatu.

“ Jaket ini. Bukannya jaket ini milik… nappeun namja itu. Cih! “

Dengan segera Rae Ki bangkit untuk duduk dan melepas cepat jaket itu. setelah terlepas Rae Ki lantas melempar keras jaket itu ke sembarang arah. Dan masih dengan perasaan kesalnya, Rae Ki melepas ke 2 sepatunya dan tanpa sengaja melempar keras sepatunya di kearah lemari pakain yang berada di depannya.

Bukkkk

Tepat saat sepatu terakhir terlempar keras mengenai lemari pakaian, sesuatu box jatuh dan memperlihatkan semua isinya yang berceceran ke lantai kamar. Dengan malas Rae Ki mau tak mau berdiri untuk merapikannya kembari.

“ aigoo~ ini… bukankah ini foto-foto semasa aku kecil dulu.
Omona~ Aku terlihat menggemaskan. “

Rae Ki untuk putuskan untuk memasukkan semua isi kotak yang ukurannya hampir menyerupai kotak sepatu dan membawa kotak itu ke ranjangnya. Satu persatu Rae Ki melihat foto semasa kecilnya sembari mengembangkan senyumnya.

“ eo… changkkaman… namja kecil ini seperti bukan Min Ho oppa. “

Rae Ki terus melihat namja kecil di foto itu. Foto yang memperlihatkan dirinya dan namja kecil di sebelahnya yang memperlihatkan sebelah tangan mereka –yang berlawanan-yang membentuk high love sembari tersenyum manis. Cukup lama Rae Ki terdiam sembari menatap foto itu sebelum akhirnya Rae Ki melihat kedalam kotak box itu ada kotak kecil berwarna usam. Penasaran, Rae ki lantas menaruh kembali foto-foto itu sebelum ia mengambil kotak kecil itu. Dibukanya kotak kecil itu dan memperlihatkan sebuah cincin perak dengan didepannya bergambarkan daun semanggi berdaun 4 yang bentuknya menyerupai love dan juga terdapat rantai kecil yang senada dengan cincin itu.

“ CKH… 203 day… “ eja Rae Ki saat mendapati tulisan didalam cincin itu

Dan tepat setelah membaca 203 days, sebongkah bayangan terlihat di benak Rae Ki. Dengan cepat Rae Ki menutup matanya dan lagi-lagi bongkahan memorinya memperlihatkan dirinya waktu kecil yang sedang duduk di bawah kursi kayu yang ada dibawah pohon besar sebsama seorang namja kecil di sampingnya yang sedang memberikan kotak kecil padanya. Rae Ki terus mencoba menghilangkan bayangan itu dari benaknya dan itu membuat kepalanya seketika merasakan sakit.

“ Akkkkk!!!!! “ pekiknya sembari memegang kepalanya.
“ Nugu? “

Rae Ki melihat namja kecil itu sedang tersenyum kearahnya dan disaat namje kecil itu ingin berbicara dengan seketika bayangan itu hilang tatkala Min Ho masuk kedalam kamarnya.

“ Waeyo? Kenapa kau berteriak? “ ucap Min Ho panic.

Menyadari oppanya berjalan mendekat, dengan segera rae ki memasukkan kotak sekaligus cincin itu kedalam kotak box dan menutupnya.

“ Kenapa kau berteriak? “

“ .. Eo.. gwenchana. Tadi aku hanya… “
‘ haruskah aku mengatakan pada Min Ho? ‘ tanya rae Ki pada hatinya sendiri

“ Hanya apa? “

“ .. Eo~~ eobseo. Tadi aku hanya… hanya.. tadi aku hanya terkejut melihat.. kecoa. Ya… aku terkejut melihat kecoaa. Tapi tenanglah.. kecoanya sudah pergi. “

“ Kecoa? Hahh~ sepertinya bibi Kim kurang bersih menjaga rumah ini selama kita pindah ke Seoul. Aku akan menyuruhnya untuk lebih lagi merawat rumah ini.
Kau tidurlah. Hm~ “

“ Hm~ “

Min Ho sekilas mengacak-ngacak poni Rae ki sebelum ia berjalan keluar kamar. Begitu pintu kamarnya kembali tertutup, Rae ki lantas kembali membuka kotak box itu sembari bernafas lega karena oppanya tidak menyadari di balik punggungnya ada kotak box yang disembunyikannya.


@Kyuhyun’s Home

Kyuhyun terus menatap kosong langit-langit kamarnya. Beberapa saat lalu ia baru menyadari 1 hal saat ia melihat kelayar ponselnya yang memperlihatkan 2 tab yang berisikan tentang artikel mengenai penderita selective amnesia dan seoul music high school.

“ Mungkinkah Woo mengalami selective amnesia? Dan apa itu sebabnya Woo-ya tidak mengenaliku dan anak-anak Seoul Music High School? “ lirih Kyuhyun

Berbagai pertanyaan terus keluar di kepalanya dan Kyuhyun harus memastikan itu sendiri dengan bertanya langsung pada Woo.


=== Keesokkan harinya ===

10:02 PM KST

Kyuhyun POV
Setelah memarkirkan mobilku di depan gereja aku lantas turun dan berjalan masuk kedalam gereja. Aku terus mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru gereja yang masih kokoh ini. Sekilas bayangan saat aku dan Woo beresta semua anak-anak paduan suara itu muncul dan bernyanyi lagu natal di hadapan semua jemaat. Aku tersenyum melihatnya. Ku putuskan untuk duduk di salah satu bangku depan dan berlutut serta menautkan jari-jari tanganku dan mulai berdoa memejamkan mataku.

‘ Jika kau merencanakan kami untuk bertemu… maka pertemukanlah kami seperti saat kami pertama kali bertemu di rumahmu ini. Dan jika kau merencanakan kami untuk berpisah… aku mohon batalkanlah. Sudah cukup selama 10 tahun ini aku mengganggapnya telah meninggal dan anggapan itu ternyata salah. Tapi… kenapa saat aku menyadari semuanya, kau malah membuatnya melupakanku. Apa itu hukuman untukku karena aku tidak mempercayai kata hatiku sendiri yang mengatkan dia masih hidup? … kau boleh menghukumku, tapi jangan menghukumku dengan cara menghilangkan semua kenangannya bersamaku dari otaknya. Hahh~ arraseo. Ini memang hukuman terpantas untukku setelah apa yang aku lakukan saat di sekolah.
Dan sekarang aku mulai pasrah padamu. ‘ doaku dalam hati dan perlahan sat aku membuka kedua mataku, aku merasakan kedua mataku basah kerena air mataku yang entah sejak kapan telah menetes.

“ Dan jika kau mentakdirkan kita untuk bersama… maka jangan pisahkan kami. “ lirihku sebelum berdiri dan berjalan keluar dari gereja.

Disaat aku membuka pintu mobil, tanpa sengaja aku melihat bangku kayu di bawah pohon besar tempatku dan Woo dulu. Kuputuskan untuk menutup kembali pintu mobilku dan berjalan lalu duduk disana. Saat setelah duduk, entah mengapa perasaanku merasakan kehadiran Woo disini dan aku tau pasti Woo tidak mungkin disini jikalau… dia menderita amnesia.


*Backsound Various Artists Natseon Hae (BBF OST)

Setelah merasa cukup duduk di bangku ini, aku lantas berdiri dan berjalan menuju kearah mobilku. Tepat beberapa langkah aku berjalan, kedua mataku menemukan sesosok orang yang baru saja beberapa menit yang lalu aku merasakan kehadirannya disini. Dan ternyata itu benar. Woo masih tetap berjalan tanpa mengetahuiku yang berdiri melihatnya dan begitu Woo melihat didepannya, dia seketika berhenti dan terkejut melihatku. Yang ku lakukan hanya tersenyum canggung padanya dan justru yang ku dapatkan adalah tatapan penuh kebencian. Kuputuskan untuk menghampirinya dan berusaha bersikap biasa.

“ Apa flumu sudah . . . “

Perkataanku terputus saat Woo dengan kasar menepis tanganku saat aku memegang keningnya.

“ Tanganmu itu tidak pantas menyentuh keningku. “ ucap Woo dingin.

“ Woo-ya ndo . . . “

“ Dan berhentilah menggunakan topeng kebaikanmu itu.
Itu tidak pantas kau gunakan. Arra! “
“ Dan kau juga jangan pernah muncul lagi dihadapanku mulai saat ini dan seterusnya. “

“ … waeyo Woo-ya? “

“ Cih~ kau tak melihat berita 2 hari lalu? “ tanyanya dan aku hanya menjawab dengan gelengan kepala.
“ Kau tak punya TV? Cih! Kasian sekali kau. “
“ Nan… naneun… aku sebentar lagi akan menikah. Jadi menjauhlah dariku! “

“ Mwo? Menikah? “ ucapku kaget.

Apa dia sedang bercanda? Tapi candaannya ini tidak lucu sama sekali. Jika Woo ingin menghindariku, bukan seperti ini caranya.
Sekilas aku melihat ke jari manisnya dan tak menemukan cincin yang melingkar disana. Begitu juga jari manisnya yang satu lagi. Bukankah jika seseorang menikah, si pasangan biasanya memberikan cincin pasa pasangannya. Tapi kenapa aku tidak melihat cincin itu?

“ Tapi… dimana cincinnya? “

“ Nde? “


Choi Rae Ki POV
Cincin? Apa maksudnya dia menanyakan cincin?

“ Nde.. cincin. Bukankah jika seseorang ingin menikah pasangannya harus memberikan cincin pada yeoja. Tapi aku ti . . . “

“ Aaaa~~ cincin…
Itu… cincin.. hmmm~ … “

‘ hash~ aku harus apa sekarang? Cincin? Ryeowook oppa belum membelikannya. Dan… aku harus bagimana lagi untuk membuatnya menjauhiku. ‘ ucapku dalam hati dan beberapa detik kemudian aku meningat sesuatu

Dengan cepat aku mengeluarkan rantai kecil yang disana tergantung ebuah cincin yang aku temukan di kotak box semalam. Karena bentuknya bagus dan aku tidak tau itu milik siapa, ku putuskan untuk memakainya.

“ Ini… “ ucapku sembari menunjukkan cincin yang tergantung di rantai perak di leherku.

Namja itu sedikit memiringkan kepalanya –seperti sedang menyelidiki sesuatu- dan beberapa detik kemudian dengan cepat namja itu tiba-tiba berjalan cepat kearahku dan berhenti tepat di hadapanku. Sekilas nama itu melihatku dan kembali memandangi cincin yang sedari tadi aku tunjukkan.

“ Jangan berbohong! “ ucapnya dengan nada sedikit ditinggikan dan sukses membuatku mati kutu.

“ Si… siapa yang sedang berbohong! Ini cincin yang diberikan Ryeowook oppa saat melamarku! “ jawabku tak kalah tinggi.

“ Mwo? Kau bilang apa?
Ini cincin pemberian siapa? Hah! Hya! Kau itu sudah ketahuan berbohong! Masih belum mengaku juga! “

“ Siapa yang sedang berbohong!! Ini memang benar pemberian dari Ryeowook oppa! “

“ HYA! Cincin itu adala . . . “

“ Sudahlah!  “ potongku dan langsung berjalan melewatinya.

Saat beberapa langka, tiba-tiba ada tangan kekar yang menggenggam pergelangan tanganku. Mengetahui ternyata namaj itu yang memegang, aku lantas menghempaskan tangannya kasar.

“ Kau benar-benar melupakanku? Kau tak ingat siapa aku? “
“ Dan… benarkah kau mengalami… selective amnesia? “ ucapnya lagi dan membuatku seketika membulatkan mataku. Darimana namja ini mengetahui aku menderita selective amnesia?
“ Jika itu benar… aku akan membantumu mengingat semuanya. “

Tanpa seijinku, namja itu menarikku dan memaksaku untuk masuk kedalam mobilnya. Begitu ia berhasil memaksaku, namja itu juga memakaikanku sabuk pengaman –dengan paksa-  lalu menutup pintu mobilnya dan berlari kecil menuju sisi pintu yang lain.

‘ dia ingin membawaku kemana? Atau… jangan-jangan dia ingin membunuhku lagi?
Eo~ omona~~ eotteokhae!! ‘ ucapku dalam hati dan sembari terus melepas kunci sabuk pengaman  yang melilit tubuhku ini.
“ HYA! Kau ingin membawaku kemana ha?! “ ucapku dengan nada takut dan masih sibuk melepaskan pengait sabuk pengaman ini.

Namja itu tidak berkata apapun lagi dan langsung menstater mobilnya dan melajukan mobilnya entah kemana. Namja itu dengan focus mengemudikan mobilnya, sedangkan aku masih tetap tidak bisa membuka pengait sabuk ini. Eotteokhae? Bagaimana kalau ia berbuat macam-macam padaku? Oppa~~~ help me!!
Tanpa aku sadari, mobilnya tiba-tiba berhenti dan membuat pandanganku beralih kesekeliling mobilya.

‘ taman? Untuk apa dia membawaku ketaman? ‘

“ Kkaja~ aku akan membuatmu mengingat semuanya. “ ucapnya sebelum keluar dari mobil.

Pandanganku kembali focus pada pengait sabuk ini dan saat aku menyadari ada tombol merah untuk ditekan, aku lantas menekannya dan pengait sabuknya terbuka. (Author: paboya? -_-“)
Aku melihat namja itu membukakan pintu untukku dan kembali menggenggam tanganku –lembut-. Namja itu perlahan membawaku ke sebuah bangku kayu yang terletak tak jauh dari mobilnya yang terparkir. Namja itu duduk dan membuatku reflek mengikutinya karena genggamannya belum terlepas dari tanganku.

“ Semalam aku mencaritau bagaimana caranya untuk membantu seseorang yang sedang amnesia. Dan ternyata aku berhasil menemukan caranya yaitu dengan cara mengajak orang itu ketempat favoritya. “ jelasnya

Sekilas aku melihat keseluruh penjuru taman bunga ini. Dan tiba-tiba saja aku merasakan kepaku terasa sedikit sakit. Sekilas beberapa bayangan semasa kecilku muncul kembali. Aku melihat, aku sedang bernyanyi di atas bangku dan dilihat oleh namja kecil yang duduk di tanah. Dan… tunggu sebentar… namja kecil itu.. namja kecil itu namja yang sama dengan yang aku liat sebelumnya. Apa yang sedang terjadi padaku? Kenapa namja kecil itu muncul lagi? Sebenarnya siapa dia?

“ Woo-ya… gwen . . . “

PLAKKKKK

“ CUKUP! HENTIKAN! … jika aku tidak mengingatmu, biarkanlah aku tidak mengingatmu. “

“ Woo-ya ta . . . “

“ AKU BILANG CUKUP!! DAN JANGAN MEMAKSAKU UNTUK MENGINGAT SEMUANYA!! “ teriakku dan langsung berlari menjauh dari namja itu.

Author POV
Rae Ki terus berlari, sedangkan Kyuhyun hanya diam seribu bahasa sembari tetap melihat punggung Rae Ki hingga tak terlihat. Perlahan demi perlahan genangan air mulai terlihat di kelopak mata Kyuhyun dan akhirnya terjatuh darisana.

“ Kau boleh membuangku dari ingatanmu. Tapi… setidaknya kau tidak membuang cincin pemberianku, Woo-ya. “ lirih Kyuhyun



TO BE CONTINNUED




Don't Be SILENCE and CoPast

Tidak ada komentar :